Kondisi Kepulauan Mentawai Pasca Gelombang Tsunami


Kondisi Kepulauan Mentawai pasca-gelombang tsunami semakin memprihatinkan. Hingga kini, sebanyak 112 orang dikabarkan tewas terseret gelombang. Menurut keterangan Ketua DPRD Mentawai Hendri Dori, sebanyak 112 warga tewas berasal dari tiga kecamatan di kepulauan Mentawai. Selain itu, sebanyak 502 orang masih belum ditemukan.

Sudah 112 orang yang tewas. Data tersebut kami peroleh dari aparatur pemerintah setempat. Kemungkinan
korban masih akan bertambah,” ujar Hendri , Selasa (26/10/2010).Menurutnya, kondisi masyarakat di Kepulauan Mentawai khususnya di Pagai Utara dan Pagai Selatan sangat memprihatinkan. Mereka sudah kehabisan stok makanan karena stok yang ada di rumah dan di warung lenyap dibawa gelombang tsunami.

“Untuk menyambung hidup, mereka harus makan ubi, talas, dan dedaunan. Mereka juga butuh kantung mayat,” katanya. Sampai saat ini, tim dari Basarnas dibantu TNI masih berusaha menembus lokasi kejadian yang cukup sulit dijangkau. (Okezone)

Angin Puting Beliung Hantam 2 Desa

Prediksi Badan Meteorologi, Klimatologi dan Giofisika (BMKG) Jatiwangi soal masih adanya ancaman angin puting beliung, ternyata terbukti, kemarin sekitar pukul 17.00 terjadi hujan disertai angin kencang di desa kodasari, kecamatan Ligung da desa Lojikobong, kecamatan Sumberjaya.

Di desa Lojikobong angin tersebut merusak puluhan rumah, terutama dibagian atap. Sedankan di desa Kodasari angin  Puting Beliung menerjang kawasan explorasi minyak yang mengakibatkan atap mess yang terbuat dari seng berterbangan. rangka baja atep mess juga ambruk, beruntung tidak ada pekerja yang terluka.

Angin Puting Beliung merjang dengan cepat, saat itu turun hujan yang cukup deras, kemudian disusul dengan dengan angin yang berputar kencang selama 10 menit, beruntug semua pekerja selamat.


Mess pegawai ber AC yang terbuat dari baja hanya sebagian atapnya saja yang rusak. Namun segera di perbaiki oleh PT Grage Nusantara Global Cirebon yang menyewakan tenda dari baja tersebut.

Simpanan Orang Kaya di Bank Melonjak

Data distribusi simpanan per September berdasarkan nominal simpanan yang dipublikasikan Lembaga Penjamin Simpanan (LPS),  menunjukkan terjadi kenaikan simpanan masyarakat pada segmen nominal di atas Rp 5 miliar dengan kenaikan sebesar Rp 33,88 triliun.

Simpanan jenis ini biasanya berasal dari nasabah kalangan masyarakat yang mampu secara ekonomi. Sementara simpanan untuk segmen di bawah Rp 100 juta tidak mengalami perubahan.

Namun, ditinjau dari segi jumlah rekening, seluruh segmen simpanan mengalami kenaikan, dan kenaikan yang sangat tajam terjadi pada segmen simpanan Rp100 juta ke bawah dengan kenaikan sekitar 1 juta rekening.

Kepala Biro Humas Bank Indonesia Difi A Johansyah ketika dikonfirmasi soal itu mengatakan, kemungkinan melonjaknya dana dan rekening nasabah karena masyarakat kembali menabung ke bank usai Lebaran.


"Kalau tabungan, karena itu dari masyarakat bisa jadi karena efek setelah Lebaran orang mulai nabung kembali," kata Difi hari ini.

Diduga, kenaikan simpanan di bawah Rp 100 juta ini juga karena perbankan nasional yang menggalakkan program "Tabunganku" yang diluncurkan beberapa waktu lalu oleh Bank Indonesia.

Program ini menarik minat masyarakat menabung karena menawarkan program tabungan tanpa biaya administrasi.

Sementara itu, dari distribusi simpanan yang dikelompokan berdasarkan jumlah simpanan sampai dengan Rp 2 miliar dan di atas Rp 2 miliar dapat diperoleh distribusi simpanan berdasarkan nominal yang dijamin yaitu sebesar Rp 1.121,12 triliun untuk seluruh simpanan yang jumlahnya kurang dari atau sama dengan Rp 2 miliar dan sebesar Rp 201,49 triliun.

Ini merupakan proporsi yang dijamin (Rp 2 miliar) dari seluruh simpanan dengan nominal di atas Rp 2 miliar, berdasarkan hal tersebut, jumlah simpanan yang dijamin oleh LPS pada bulan September 2010 menjadi sebesar Rp1.322,61 triliun.

Jumlah tersebut mengalami kenaikan sebesar Rp 22,53 triliun dibandingkan dengan bulan Agustus 2010 yaitu sebesar Rp1.300,08 triliun.

Kini, jumlah dana nasabah di perbankan mencapai Rp 2.170,41 triliun. Kenaikan dana nasabah kaya juga membuat jumlah rekening simpanan yang dijamin LPS mengalami kenaikan

Indomie Terancam kena Razia di 80 Negara

sejak pengumuman pada Minggu dan Senin lalu di Taiwan bahwa Indomie mengandung bahan pengawet yang berbahaya bagi manusia, sontak negara lain seperti Hongkong, Singapura, Malaysia, Uni Emirat Arab pun ikut bereaksi.

Kekhawatiran ini, menurut Sekretaris Jenderal Gabungan Perusahaan Makanan dan Minuman (Gapmmi), Franky Sibarani , bercermin pada reaksi yang terjadi dari negara-negara lain terhadap Indomie, pasca dirazia dan ditarik dari sejumlah pusat perbelanjaan di Taiwan. hal ini dikhawatirkan Indomie terancam kena razia di 80 Negara lain.

Menurut Franky, hal ini harus menjadi kekhawatiran Indonesia. Dan dirinya mewaspadai bahwa mie instan yang diproduksi dalam negeri dan diekspor ke puluhan negara tujuan bakal bernasib sama pada sekitar 80 negara.


Franky mengatakan, bahwa sekitar 80 negara tujuan ekspor Indomie itu berpotensi untuk melakukan pengecekan yang sama seperti yang dilakukan Taiwan. ”Itu kekhawatiran kita. Itu menyangkut Indonesia, pasar kita di luar,” terangnya.

Untuk diketahui bahwa tahun 2006, nilai ekspor mie instan Indonesia mencapai 36,5 juta dolar AS kemudian melonjak pada 2009 menjadi 95 juta dolar AS. Tahun 2010 ini nilai ekspornya diprediksi melesat menjadi 140 juta dolar AS atau sekitar Rp 1,24 triliun.

Menurut keterangannya, jika Indonesia sanggup menyelesaikan masalah Indomie, maka bukan mustahil target tersebut bisa tercapai.

Dan bila Indonesia mampu menyakinkan pasar nasional maupun internasional bahwa produk mie instannya aman, maka pertumbuhan konsumsi dan pendapatan ekspor Indofood sendiri bakal makin bertambah dan negara tujuan ekspornya pun bertambah

Negara-negara Non-Muslim Belajar Syariah ke Indonesia



Ternyata, perkembangan sistem syariah juga tidak luput dari perhatian dunia internasional. Buktinya, beberapa negara yang tergabung dalam Colombo Plan, delapan di antara 11 negara Colombo Plan yang merupakan negara non-muslim, hadir di Bandung untuk belajar sistem syariah kepada Indonesia. Tujuannya untuk mereka terapkan di negaranya masing-masing, dalam sebuah agenda yang digagas. Yakni Colombo Plan Secretariat, Non-Aligned Movement Centre for South-South Technical Cooporation (NAM CSSTC) dan Pemerintah RI.

Duta Besar Indonesia untuk Srilangka, Djafar Husein, mengemukakan, ini adalah event pertama negara-negara Colombo Plan. "Mereka, ingin mengetahui sistem perbankan syariah dalam pemberian mikrofine bagi masyarakat miskin di negara berkembang," tandas Husein usai menutup Training on Operational Management Of Microfinance di Hotel Golden Flower, Jalan Asia Afrika Bandung.


Diutarakan, selama 10 tahun terakhir, penerapan sistem perbankan syariah meluas sampai negara-negara Eropa, termasuk negara berkembang di Asia. Ini berarti, jelas Husein, sistem penerapan sistem perbankan syariah, tidak hanya di negara-negara Islam saja, tetapi negara non-muslim. "Benar. Negara-negara non-muslim mulai tertarik oleh sistem ini," kata Husein.

Saat ini, tuturnya, pemerintah negara-negara berkembang non-Islam memang belum merespon sistem perbankan syariah secara positif. Walau demikian, sebagian masyarakat muslim yang tinggal di negara-negara tersebut, termasuk yang bergerak dalam sektor perbankan swasta, mulai tertarik untuk menerapkan sistem ini.

"Ini menggembirakan. Mereka (negara-negara non-muslin) ingin mengetahui lebih jauh sistem perbankan syariah dan membandingkannya dengan sistem konvensional," sambungnya.

Dikatakan, dalam agenda itu, Indonesia, negara yang telah menerapkan sistem perbankan syariah sejak 10 tahun terakhir, mendapat kesempatan untuk melakukan transfer ilmu dan pengalaman kepada 11 negara peserta, yang mayoritas non-muslim. "Ke-11 negara itu yaitu, Bangladesh, Bhutan, Brunei Darussalam, Fiji, Maladewa, Nepal, Pakistan, Srilangka, Thailand, Vietnam, dan Indonesia," sebutnya.